Perubahan yang tidak sempurna pada perkembangan otak jauh sebelum bayi
dilahirkan kemungkinan menjadi penyebab munculnya gejala austism
spectrum disorder (ASD), demikian diungkapkan para ahli. Penelitian yang
dipublikasikan di the New England Journal of Medicine, menumbuhkan harapan mengenai pemahaman atas otak yang kemungkinan memperpanjang harapan hidup anak-anak dengan autisme.
Menurut tim peneliti dari University of California, seperti dikutip situs BBC edisi 27 Maret 2014, hasil riset ini mendorong perlunya identifikasi dan pengobatan dini. Riset ini dilakukan dengan menganalisis jaringan otak post-mortem pada 22 anak yang mengalami autisme dan tidak terkena autisme dengan rentang usia dua hingga 15 tahun. Para ilmuwan menggunakan penanda genetis untuk melihat bagian terluar otak, yaitu korteks.
Ketidaksempurnaan ditemukan pada 90 persen anak-anak yang mengalami autisme. Perubahan yang nampak di sekitar otak melibatkan komunikasi sosial dan emosional serta bahasa, jauh sebelum mereka dilahirkan, ungkap para ilmuwan.
Para peneliti yang berasal dari University of California, San Diego dan the Allen Institute for Brain Science di Seattle, mengatakan ketidaksempurnaan alami kemungkinan menjelaskan mengapa beberapa anak dengan autisme menunjukkan tanda perbaikan jika diobati lebih dini. Diduga, lapisan tipis plastik di otak sang anak mempunyai kemungkinan memperbaiki sendiri.
"Temuan bahwa kecacatan ini terjadi dalam ketidaksempurnaan dan bukan di keseluruhan korteks memberikan harapan dan pandangan mengenai autisme," kata Prof Eric Courchesne, ahli saraf di University of California San Diego.
Sedangkan Dr Thomas Insel, Direktur the National Institute of Mental Health, mengatakan, jika temuan baru mengenai disorganisasi arsitek otak pada anak-anak autis merupakan pengulangan, bisa diasumsikan kalau ini merupakan proses yang terjadi jauh sebelum bayi dilahirkan. Karena itu, sambung dia, riset ini menegaskan pentingnya intervensi dan penanganan dini.
Menurut Carol Povey, Direktur the National Autistic Society Centre for Autism, studi ini menggarisbawahi disabilitas yang salah dipahami dan seringkali kompleks. "Pemahaman yang lebih baik pada perkembangan dini otak anak-anak yang mengalami autis bisa membantu kita menemukan cara yang lebih efektif untuk mendukung sekitar 700 ribu orang yang hidup dengan kondisi ini di seluruh Inggris," ujar dia. Ditambahkannya bahwa autisme bisa berdampak sangat merusak tetapi dengan dukungan yang benar hal tersebut akan berbeda.
Menurut tim peneliti dari University of California, seperti dikutip situs BBC edisi 27 Maret 2014, hasil riset ini mendorong perlunya identifikasi dan pengobatan dini. Riset ini dilakukan dengan menganalisis jaringan otak post-mortem pada 22 anak yang mengalami autisme dan tidak terkena autisme dengan rentang usia dua hingga 15 tahun. Para ilmuwan menggunakan penanda genetis untuk melihat bagian terluar otak, yaitu korteks.
Ketidaksempurnaan ditemukan pada 90 persen anak-anak yang mengalami autisme. Perubahan yang nampak di sekitar otak melibatkan komunikasi sosial dan emosional serta bahasa, jauh sebelum mereka dilahirkan, ungkap para ilmuwan.
Para peneliti yang berasal dari University of California, San Diego dan the Allen Institute for Brain Science di Seattle, mengatakan ketidaksempurnaan alami kemungkinan menjelaskan mengapa beberapa anak dengan autisme menunjukkan tanda perbaikan jika diobati lebih dini. Diduga, lapisan tipis plastik di otak sang anak mempunyai kemungkinan memperbaiki sendiri.
"Temuan bahwa kecacatan ini terjadi dalam ketidaksempurnaan dan bukan di keseluruhan korteks memberikan harapan dan pandangan mengenai autisme," kata Prof Eric Courchesne, ahli saraf di University of California San Diego.
Sedangkan Dr Thomas Insel, Direktur the National Institute of Mental Health, mengatakan, jika temuan baru mengenai disorganisasi arsitek otak pada anak-anak autis merupakan pengulangan, bisa diasumsikan kalau ini merupakan proses yang terjadi jauh sebelum bayi dilahirkan. Karena itu, sambung dia, riset ini menegaskan pentingnya intervensi dan penanganan dini.
Menurut Carol Povey, Direktur the National Autistic Society Centre for Autism, studi ini menggarisbawahi disabilitas yang salah dipahami dan seringkali kompleks. "Pemahaman yang lebih baik pada perkembangan dini otak anak-anak yang mengalami autis bisa membantu kita menemukan cara yang lebih efektif untuk mendukung sekitar 700 ribu orang yang hidup dengan kondisi ini di seluruh Inggris," ujar dia. Ditambahkannya bahwa autisme bisa berdampak sangat merusak tetapi dengan dukungan yang benar hal tersebut akan berbeda.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar